Konon pada jaman dahulu, di
Jepang ada semacam kebiasaan untuk membuang orang lanjut usia ke hutan. Mereka
yang sudah lemah tak berdaya dibawa ke tengah hutan yang lebat, dan selanjutnya
tidak diketahui lagi nasibnya.
Alkisah ada seorang anak yang
membawa orang tuanya (seorang wanita tua) ke hutan untuk dibuang. Ibu ini sudah
sangat tua, dan tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Si anak laki-laki ini
menggendong ibu ini sampai ke tengah hutan. Selama dalam perjalanan, si ibu
mematahkan ranting-ranting kecil. Setelah sampai di tengah hutan, si anak
menurunkan ibu ini.
"Bu, kita sudah
sampai", kata si anak. Ada perasaan sedih di hati si anak. Entah kenapa dia
tega melakukannya.
Si ibu , dengan tatapan penuh
kasih berkata:"Nak, Ibu sangat mengasihi dan mencintaimu. Sejak kamu
kecil, Ibu memberikan semua kasih sayang dan cinta yang ibu miliki dengan
tulus. Dan sampai detik ini pun kasih sayang dan cinta itu tidak berkurang.
Nak, Ibu tidak ingin kamu
nanti pulang tersesat dan mendapat celaka di jalan. Makanya ibu tadi mematahkan
ranting-ranting pohon, agar bisa kamu jadikan petunjuk jalan".
Demi mendengar kata-kata
ibunya tadi, hancurlah hati si anak. Dia peluk ibunya erat-erat sambil
menangis. Dia membawa kembali ibunya pulang, dan merawatnya dengan baik sampai
ibunya meninggal dunia.
Mungkin cerita diatas hanya
dongeng. Tapi di jaman sekarang, tak sedikit kita jumpai kejadian yang mirip
cerita diatas. Banyak manula yang terabaikan, entah karena anak-anaknya sibuk
bisnis dll. Orang tua terpinggirkan, dan hidup kesepian hingga ajal tiba.
kadang hanya dimasukkan panti jompo, dan ditengok jikalau ada waktu saja.
Ada Sebuah Ayat Didalam Alqur'an Yang Artinya :
Dan Dari Cerita diatas Saya Akan Membahas Sedikit Tentang Berbakti Kepada Kedua orang Tua
berbakti kepada orangtua
merupakan salahsatu sendi agama yang harus senantiasa diperhatikan karena
berbakti pada orangtua bisa menjadi penebus dosa dan menambah keberkahan hidup.
1. Sebagai Penebus Dosa
Imam Tirmidzi dan Ibnu Hibban
menyuguhkan sebuah riwayat bersumber dari Abdullah bin Umar: Pada suatu ketika
ada seorang lelaki datang menghadap Rasuluilah, seraya berkata: "Ya
Rasulallah, aku telah melakukan dosa besar. Adakah taubatku masih bisa
diterima?" Rasuluilah balik bertanya:" Adakah ibumu masih
hidup?" Dalam riwayat lain diterangkan,bahwa Rasuluilah bertanya:
"Adakah kamu masih memiliki kedua orangtua?" Jawabnya: "Tidak,
aku sudah tidak memiliki orangtua." Lantas Rasulullah kembali bertanya:
"Adakah kamu masih memiliki bibi (saudara perempuan ibu)?" Jawabnya:
"Ya, masih." Kemudian Rasuluilah bersabda: "Sebagai tebusannya,
berbaktilah kepada bibimu." Dalam pandangan Islam, khalah (bibi)
kedudukannya adalah sama dengan ibu
Ibnu Abbas pada suatu ketika
bercerita kepada Atha' bin Yasar, bahwa ada seorang lelaki datang menghadap
kepadanya. Lelaki itu bertanya: "Ya Ibn Abbas, aku telah melamar seorang
wanita jelita. Tetapi dia menolak lamaranku. Pada saat yang lain dia dilamar
lelaki lain, dan lamaran itu diterima. Hal tersebut membuat hatiku kalut dan
cemburu, sehingga wanita Itu aku bunuh. Ya Ibn Abbas, masihkah terbuka pintu taubat
bagiku?" Ibnu Abbas lalu bertanya: "Adakah ibumu masih hidup?"
Jawabnya: "Tidak, ibuku sudah meninggal." Selanjutnya Ibnu Abbas
berkata: "Bertaubatlah kepada Allah dan bertaqarrublah kepada-Nya dengan
semaksimal mungkin."
Dalam kisah di atas ditegaskan,
bahwa kemudian Atha' mengajukan pertanyaan kepada Ibnu Abbas: "Mengapa
kamu menanyakan apakah ibunya masih hidup atau sudah meninggal?" Jawab
Ibnu Abbas: "Aku belum pernah mengetahui suatu amalan pun yang lebih
mendekatkan diri kepada Allah selain daripada berbakti kepada ibu."
Keterangan ini juga diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam kitab
Al-Adahul-Mufrad, dan oleh Imam Baihaqi dalam kitab Syu 'abul-lman.
Jadi, "berbakti kepada
orangtua, pada dasarnya dapat melebur dosa besar." Ini sejalan dengan riwayat
yang dinuqil Imam Safarini dalam kitab Syarah Manzhumatil Adab yang bersumber
dari Imam Ahmad. Yakni berbakti kepada orangtua dapat melebur dosa-dosa besar.
Dan Imam Ahmad menegaskan, bahwa keterangan ini berdasarkan apa yang dituturkan
oleh Imam Ibnu Abdil-Bar dari Makkhul.
2. Menambah Keberkahan Hidup
Rasulullah telah menghimbau
dengan sabdanya: "Barangsiapa ingin panjang umur dan beroleh rizki
melimpah ruah, maka hendaklah dia berbakti kepada orangtua dan menyambung tali
persaudaraan." (HR Imam Ahmad dari Anas bin Malik).
Rasulullah telah menegaskan, bahwa
barangsiapa berbakti kepada orangtua, maka dia akan memperoleh kebahagiaan
panjang umur yang penuh keberkatan.(HR. Imam Abu Ya'la dan Thabrani bersumber
dari Mu'adz bin Jabal)
Imam Ibnu Majah dan Ibnu
Hibban menyuguhkan sebuah riwayat bersumber dari Tsauban, bahwa Rasulullah pada
suatu ketika pernah menegaskan bahwa seseorang adakalanya mendapat kesempitan
ekonomi sebagai akibat dari dosa yang dilakukan. Dan tidak ada yang dapat
menolak takdir Allah kecuali doa, serta tidak ada yang dapat menambah keberkatan
umur kecuali dengan berbakti kepada orangtua. Jadi, dalam konteks ini
Rasulullah menggariskan, bahwa kelapangan rizki serta keberkatan hidup dapat
digapai dengan memperbanyak taubat dan meningkatkan birrul-walidain.
Imam Hakim juga mengetengahkan
sebuah riwayat yang bersumber dari Abi Hurairah, bahwa Rasulullah telah
berpesan, "Berbaktilah kepada kedua orangtuamu, tentu anak-anakmu kelak
akan berbakti kepadamu. Barangsiapa dimintai maaf oleh saudaranya hendaklah dia
memaafkannya, baik dia berada di pihak yang benar maupun di pihak yang salah.
Apabila dia tidak melakukannya, maka kelak tidak akan dapat mendatangi telagaku
di sorga."
Imam Thabrani meriwayatkan
sebuah hadis bersumber dari Abdullah bin Umar, bahwa Rasulullah pernah
berpesan: "Berbaktilah kepada orangtuamu, niscaya anak-anakmu akan
berbakti kepadamu. Peliharalah kehormatan istri orang lain, niscaya istrimu
juga akan terpelihara dari perbuatan tercela."
Jadi, orangtua adalah cermin
masa depan anak. Bila dalam rumahtangga terbina hubungan yang harmonis antar
anggota keluarga, saling memenuhi hak masing-masing serta saling menghormati,
maka sudah barang tentu anak-anak pun pada masa mendatang akan selalu
menjunjung tinggi perintah orangtua, memelihara dan menjaganya ketika sudah
lanjut usia. Sebab pada awal mulanya orangtua tersebut telah memberikan contoh
langsung dalam bentuk perbuatan berbakti kepada orangtua. Artinya, orangtua
tersebut telah melakukan birrul walidain di hadapan anak-anak, sehingga mereka
tidak merasa berkeberatan mengikuti jejak langkah orangtuanya. Kebiasaan dalam
rumahtangga akan dibawa oleh anak-anak dalam mengarungi jenjang rumahtangga
baru. Karena itu suasana damai, saling menghormati, dan penuh kasih harus
diciptakan setiap saat. Cara yang paling tepat adalah dengan memelihara dan
memenuhi hak masing-masing.
Imam Nasai menyuguhkan sebuah
riwayat bersumber dari Aisyah, bahwa Rasulullah pernah bercerita: Ketika beliau
memasuki sorga, mendengar sebuah qiraah (bacaan Al-Qur'an). Beliau bertanya:
"Siapa dia?" Jawabnya: "Dia adalah Haritsah bin Nukman yang
selalu berbakti kepada ibunya." Suara merdu alunan kalam Ilahi tersebut
sebagai balasan atas kebaikannya dalam berbakti kepada orangtua. Dan memang
Haritsah bin Nukman seorang yang paling berbakti kepada orangtua, sehingga memperoleh
kedudukan serta derajat tinggi di sorga.
Pada suatu ketika ada seorang
lelaki datang kepada Abi Darda', lalu bercerita. Dalam ceritanya dia berkata:
"Ayahku hingga kini masih selalu mengatur diriku, sekalipun aku sudah
dinikahkan. Bahkan sekarang memerintahkan kepadaku agar menceraikan
istriku." Abi Darda' mendengar pengaduan lelaki tersebut langsung berkata:
"Aku bukan termasuk model orang yang akan menyuruh kamu mendurhakai
orangtua, dan bukan pula orang yang memerintahkan kepadamu untuk menceraikan
istri. Tetapi kalau kamu bersedia mendengarkan, aku akan menyampaikan sesuatu
yang pernah aku dengar dari Rasulullah. Beliau pernah bersabda: "Ayah
adalah pintu sorga yang paling tengah. Maka bila kamu mau, peliharalah pintu
itu. Dan jika tidak, maka tinggalkanlah." Demikian Imam Ibnu Hibban
meriwayatkan dalam kitab Shahihnya.
Imam Baidhawi menjelaskan
tentang maksud hadis di atas, bahwa amal perbuatan yang paling tepat untuk
dijadikan sarana masuk sorga, serta jalan yang paling tepat untuk meraih derajat
yang mulia dan kedudukan yang luhur di dalam sorga, adalah berbakti kepada
kedua orangtua, menghormati, menyantuni, dan memelihara serta mengendalikan
diri jangan sampai menyinggung apalagi menyakiti perasaan maupun badannya.
Imam Al-Hifni menegaskan, bahwa
pengertian yang terkandung dalam hadis tersebut adalah bahwa taat dan berbakti
kepada orangtua merupakan penyebab yang mengantar seseorang masuk pintu sorga
yang paling utama, dan bersukaria di dalamnya. Jadi, yang dimaksud: Ayah adalah
pintu sorga yang paling tengah bukanlah suatu pengertian kongkrit. Tetapi
sejalan dengan sebuah riwayat hadis marfu'yang menegaskan: "Pintu sorga
yang paling tengah selalu terbuka bagi mereka yang berbakti kepada kedua
orangtua.
Barangsiapa berbakti kepada
kedua orangtua, baginya dibukakan pintu sorga. Dan barangsiapa durhaka kepada
kedua orangtua, maka pintu sorga tertutup buatnya." Jadi, sorga hanya
diberikan kepada seseorang yang berbakti kepada orangtua. Dan pintu neraka
terbuka luas bagi mereka yang mendurhakainya. Demikian Ibnu Syahin
mengetengahkan sebuah riwayat dalam kitab At-Targhib, dan Imam Dailami dalam
kitab Musnadul-Firdaus.
Keberkatan hidup, kebahagiaan
lahir batin bagi seseorang sangat tergantung pada bagaimana dia menyikapi
terhadap orangtua. Semakin tinggi tingkat ketaatan dan kebaktiannya, maka
keberkatan hidup yang semakin luas pun menyertainya.
Semoga kita semua dapat
memahami dan mengamalkan teladan dari kisah-kisah sahabat yang semuanya
diriwayatkan dalam hadist Nabi SAW, Aamiin Yaa Robbal 'aalamiin..
Kiranya cerita diatas bisa
membuka mata hati kita, untuk bisa mencintai orang tua dan manula. Mereka
justru butuh perhatian lebih dari kita, disaat mereka menunggu waktu dipanggil
Tuhan yang maha kuasa. Ingatlah perjuangan mereka pada waktu mereka muda,
membesarkan kita dengan penuh kasih sayang, membekali kita hingga menjadi
seperti sekarang ini.
0 komentar:
Posting Komentar